NRT, Tarakan : Relawan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr. Yansen TP, M.Si, – Mayjen TNI Purn. Suratno, S.IP, M.I.Pol, atau disingkat YESS optimistis akan memenangkan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Kaltara 2024. Keyakinan itu berdasarkan antusias masyarakat menyambut pasangan nomor urut 3 tersebut.
“Relawan meyakini dengan kerja-kerja politik yang ada. Kemudian gerakan-gerakan relawan yang rasanya tumbuh organik dan alamiah. Memang masyarakat menginginkan sosok Yansen-Suratno memimpin Kaltara pada 2024 hingga 2029,” ujar Sukriadi, Ketua Relawan YESS Tarakan, Kamis malam (26/09/2024).
Relawan YESS Tarakan juga mengukuhkan Relawan Muda YESS Tarakan. Relawan ini secara usia didominasi pemilih di rentan usia 17-35 tahun. Relawan ini juga bergerak atas kerinduan terhadap sosok pemimpin seperti Yansen dan Suratno. “Relawan Muda YESS juga demikian, menginginkan sosok yang memahami alur pemerintahan, bagaimana menciptakan keharmonisan di pemerintahan, kemudian bagaimana melayani masyarakat dengan tanpa membeda-bedakan. Khususnya Pak Yansen, kita melihat hal ini sudah demikian nyata, periode kepemimpinan beliau di Malinau bersama Pak Topan Amrullah selama 10 tahun menunjukkan bagaimana ketika pemimpin benar-benar memimpin dengan baik. Masyarakatnya terayomi. Masyarakat dapat hidup nyaman di atas keberagaman. Maka kemudian ada narasi Kaltara Rumah Kita, itu nyata, bukan sebatas ucapan atau konsep. Pak Yansen sudah melakukan itu. Kita optimistis itu dilakukan bagi masyarakat Kaltara,” urai Sukriadi.
Sukriadi menyebut relawan akan terus bergerak, meyakinkan masyarakat jika Yansen-Suratno dengan nomor urut 3 di Pilgub Kaltara 2024 adalah sosok yang sangat tepat.
Sementara itu, Dwi Wahyudi, Penanggung Jawab Relawan Muda YESS Tarakan mengatakan, Yansen-Suratno merupakan panutan dalam pengaplikasian politik yang beretika. “Kita sadar pilkada ini kita ingin suasananya adem ayem, tanpa diminta pun, kita sudah menganggap itu kewajiban bagi kita. Kewajiban menciptakan kedamaian. Jika ada beberapa oknum yang mencoba bermain ke isu-isu seperti SARA, sebaiknya kita tinggalkan, kita abaikan, karena yang demikian itu pasti tak memiliki gagasan yang kuat untuk masyarakat kita,” kata Dwi.
“Kami sebagai pemuda berpendapat pendidikan politik merupakan kunci dalam membangun pemilih yang cerdas dan kritis. Pendidikan yang lebih baik tentang hak pilih, proses pemilihan dan pentingnya memilih berdasarkan pada program dan visi, bukan karena insentif finansial, dapat membawa perubahan yang signifikan dalam pola pikir pemilih,” jelas pemuda yang juga ketua Relawan Centong Nasi ini. (*)
Discussion about this post