NRT, Tarakan : Intermediasi perbankan di Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat kinerja gemilang pada Februari 2025, dengan pertumbuhan kredit yang melonjak 23,87% (yoy), menjadi salah satu penopang utama ekspansi ekonomi Kaltara. Namun, dana pihak ketiga (DPK) tercatat mengalami kontraksi tipis sebesar -0,04% (yoy), menandakan tantangan likuiditas yang perlu diwaspadai oleh perbankan.
Berdasarkan rilis resmi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltara, kontraksi DPK terutama dipicu oleh penurunan signifikan pada komponen deposito yang terkontraksi 25,15% (yoy). Meski demikian, komponen giro dan tabungan mampu menahan laju penurunan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 13,93% dan 5,37% (yoy).
Dinamika ini mencerminkan strategi perbankan yang lebih selektif dalam menghadapi ketatnya likuiditas global dan domestik. Perbankan di Kaltara tetap adaptif, dengan fokus menjaga keseimbangan antara penyerapan dana dan penyaluran kredit yang produktif.
Kredit Tumbuh di Seluruh Segmen Pertumbuhan kredit yang kuat menjadi sorotan utama rilis BI Kaltara. Penyaluran kredit/pembiayaan pada Februari 2025 mencatatkan ekspansi di semua jenis penggunaan. Kredit investasi menjadi motor utama dengan pertumbuhan 45,20% (yoy), didorong oleh proyek-proyek infrastruktur dan ekspansi usaha di sektor strategis. Kredit modal kerja menyusul dengan pertumbuhan 15,09% (yoy), sementara kredit konsumsi tumbuh 14,33% (yoy), mencerminkan daya beli masyarakat yang masih terjaga.
Berdasarkan sektor ekonomi, kredit untuk rumah tangga mendominasi dengan pangsa 30,70% dan pertumbuhan 14,33% (yoy), terutama untuk kebutuhan konsumtif seperti perumahan dan kendaraan. Namun, sektor industri pengolahan mencuri perhatian dengan pertumbuhan eksplosif 156,65% (yoy) dan pangsa 20,98%, didorong oleh aktivitas pengolahan hasil tambang dan komoditas unggulan Kaltara seperti kelapa sawit.
Sektor perdagangan besar dan eceran juga menunjukkan kinerja positif, dengan kontribusi signifikan terhadap total penyaluran kredit.
Risiko kredit tetap terkendali, tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) yang terjaga pada level 1,08% (gross), jauh di bawah ambang batas Bank Indonesia sebesar 5%.
Kualitas kredit yang baik ini menunjukkan kombinasi antara kehati-hatian perbankan dalam menyeleksi debitur dan ketahanan pelaku usaha di tengah ketidakpastian ekonomi global. Penguatan pengawasan dan manajemen risiko oleh perbankan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas sektor keuangan daerah.
Penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus menjadi prioritas di Kaltara. Pada Februari 2025, kredit UMKM tumbuh 4,21% (yoy), dengan total outstanding kredit mencapai Rp5,51 triliun. Sektor perdagangan besar dan eceran menyerap porsi terbesar, yakni Rp2,48 triliun, sejalan dengan peran Kaltara sebagai hub perdagangan di wilayah perbatasan. Kualitas kredit UMKM juga terjaga, dengan NPL di level 3,13%, menandakan pengelolaan pembiayaan yang relatif sehat.
BI Kaltara mencatat bahwa pertumbuhan kredit UMKM didukung oleh berbagai program akselerasi, termasuk pelatihan wirausaha, fasilitasi akses pasar, dan digitalisasi layanan keuangan. Salah satu inisiatif unggulan adalah perluasan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), yang kini telah diadopsi oleh lebih dari 7.500 merchant di Kaltara. Digitalisasi tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga membuka peluang UMKM untuk menjangkau pasar yang lebih luas. (*)
Discussion about this post