NRT, Tarakan : Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat inflasi sebesar 0,07% (month-to-month/mtm) pada Juni 2025, atau 1,38% (year-on-year/yoy). Angka inflasi tahunan ini lebih rendah dari capaian nasional yang sebesar 1,87% (yoy).
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, Hasiando Ginsar Manik, dalam keterangan persnya, Kamis (17/7/25).
Menurut Hasiando, inflasi bulanan di Kaltara pada Juni 2025 sebagian besar didorong oleh Kelompok Transportasi, terutama pada Tarif Angkutan Udara dengan andil 0,17%. Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat saat momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha dan libur sekolah.
“Namun, peningkatan harga yang lebih tinggi tertahan oleh kebijakan diskon Angkutan Udara dari pemerintah,” jelas Hasiando.
Selain itu, Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran juga memberikan andil inflasi, terutama pada komoditas tomat (0,06%), beras (0,04%), ikan layang (0,03%), dan ikan bandeng (0,02%).
Hasiando menjelaskan kenaikan harga tomat disebabkan berkurangnya pasokan lokal setelah panen di bulan sebelumnya. Sementara itu, peningkatan harga beras disebabkan oleh kenaikan harga dari wilayah pemasok di Jawa dan Sulawesi, serta tertahannya penyaluran beras SPHP pada Juni.
Hasiando Ginsar Manik menegaskan inflasi Kaltara tetap terjaga meskipun ada risiko tekanan dari inflasi global, seperti kebijakan tarif impor dari AS yang dapat mengganggu pasokan komoditas, serta risiko domestik seperti gangguan pasokan komoditas dengan bobot inflasi tinggi seperti ikan dan emas perhiasan.
“Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltara terus bersinergi dalam menjaga stabilitas harga melalui framework 4K,” ujarnya.
Strategi 4K meliputi Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
Beberapa strategi yang telah dan akan terus dilakukan antara lain:
* Optimalisasi Pasar Murah: Telah dilaksanakan 220 kegiatan pasar murah untuk komoditas strategis di seluruh wilayah Kaltara.
* Penerapan Good Agriculture Practices (GAP): Implementasi digital farming untuk berbagai komoditas pokok dan hortikultura, serta bantuan peralatan pendukung peningkatan produktivitas.
* Penguatan Komunikasi Efektif: Melalui High Level Meeting, diversifikasi produk konsumsi, sidak pasar, operasi pasar murah, dan imbauan belanja bijak melalui media sosial dan radio untuk mengendalikan ekspektasi masyarakat.
KPwBI Provinsi Kaltara juga aktif mendorong program fasilitasi distribusi pangan dengan bersinergi dengan Pemerintah Daerah.
“Kami memfasilitasi pengangkutan barang pasar murah ke daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) agar masyarakat pelosok dapat memperoleh komoditas pangan dan pertanian dengan harga lebih murah,” tambah Hasiando.
Selain itu, dalam rangka pemenuhan stok komoditas Bapokting, KPwBI juga memfasilitasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan wilayah Sulawesi Selatan.(*)
Discussion about this post