NRT, Tarakan : Masih bergantungnya Tarakan dengan daerah lain untuk memenuhi ketersediaan sayur mayur, menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi. Dari sektor ini merupakan indikator merupakan penyumbang inflasi yang cukup tinggi.
Disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltara, Hasiando Ginsar Manik menuturkan dalam hal menekan angka inflasi ini, Bank Indonesia juga memiliki peran penting. Pihaknya pun sudah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan kabupaten kota di Kaltara.
Kondisi cuaca yang memburuk, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Desember lalu mengakibatkan sejumlah komoditi sayur menjadi gagal panen. Akibatnya tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dan menjadikan harga melambung tinggi.
“Langkah ideal itu bagaimana iklim atau cuaca itu tidak berpengaruh dengan kegiatan produksi sayur. Bersama dengan provinsi berusaha agar sistem pertanian yang tidak dipengaruhi dengan iklim. Tapi, tentu semua bertahap, ada biaya yang harus kita keluarkan karena membentuk areal pertanian,” ujarnya, saat menggelar pertemuan dengan awak media, Jumat (7/2/2025).
Hal lain yang bisa dilakukan, dengan mensupply sayur mayur yang produksinya berlebihan sehingga bisa membantu memenuhi kebutuhan di Kaltara. Dengan terpenuhinya kebutuhan sayur, maka tidak terjadi lonjakan harga.
Meski demikian, ia menyebutkan ketahanan pangan di Kaltara harus juga dikembangkan agar tidak lagi bergantung dari daerah lain. Ditambah lagi, kebutuhan sayur ini akan kembali melonjak menjelang Ramadhan dan Idul Fitri mendatang.
Pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), untuk bisa menekan angka inflasi dari komoditi pertanian. BI mendorong sistem pertanian lebih modern, sehingga dengan penggunaan teknologi ke prasarana yang bisa meminimalisir masalah iklim atau cuaca.
“Itu upaya kita menekan inflasi di awal tahun. Apalagi sekarang ini sudah ada beberapa metode pertanian modern seperti green house beberapa aplikasi yang bisa memberikan informasi terkait pertanian modern,” katanya.
Ada beberapa percontohan yang merupakan binaan BI, meski dengan skala kecil tetapi bisa menjadikan pertanian konvensional, tradisional ke modern. Prinsipnya nanti bisa meminimalisir ketergantungan hasil tanam dari iklim dan cuaca, sehingga produksi pertanian bisa meningkat.
“Sehingga produksi tidak bergantung. Tapi, langkah cepatnya, jika upayakan kerjasama dengan daerah lain untuk memenuhi kebutuhan kita,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post